Aku tak pernah bosan untuk melukis mimpi di imaji ku. Ya aku memang seorang pemimpi.
Tak perduli orang harus menilai seperti apa aku ini. Aku juga tak ingin mendengar komentar mereka tentang aku. Itu urusan mereka, yang terpenting untuk ku aku harus membuat hidup ku bahagia. Memang Tuhan hanya mengizinkan aku untuk bahagia, selebihnya?? Tuhan tak pernah inginkan itu terjadi padaku.
Saat ini aku hanya ingin egois. Egois dalam dunia ku sendiri. Membuat hidupku jauh lebih bahagia. Bukan kah itu yang diinginkan manusia sekarang. Berusaha membuat dirinya bahagia dan tidak membiarkan kesedihan itu datang.
Aku bahagia saat aku sedang bermimpi. Bermimpi tentang banyak hal. Aku bisa memasuki dunia yang tak pernah bisa aku rasakan disaat aku harus menyelami dunia nyata ku. Iya. Aku telah membuat dunia dalam imaji ku. Tanpa adanya manusia yang menganggap ku rendah, tanpa manusia yang menyepelekan aku.
Dalam "dunia" ku aku melihat sosok diri ku yang dengan bahagianya menari diatas panggung satu ke panggung lain. Melepaskan semua emosi yang berhasil memekakkan kepala. Meluapkan segala amarah dengan sebuah tarian. Dengan sorotan lampu gemerlap, tepuk tangan riuh dari para supporter ku. ya. Aku merindukan saat-saat aku menjadi seorang penari dulu. Tapi aku sadar itu hanyalah sebuah masalalu. Dalam dunia nyata aku hanyalah penonton yang dengan nikmatnya melihat keelokan ditiap lekuk gemulai tubuh sang penari. Tersenyum dalam tangis. Diam dalam doa, suatu hari nanti akan ku ulang waktu ke emasan ku itu :)
Lalu, "dunia" ku muncul lagi, aku melihat aku tertawa melepaskan semua beban selama 4 tahun ini. Hujan topi toga sedang mengguyurku. Aku, kamu, dan mereka tertawa lepas menyambut hujan ini. Tapi ini bukan hanya masalalu, ini masadepan yang akan segera terwujud. Bukan lagi tangis penyesalan, bukan pula tangis perpisahan tragis. Inilah tangisan masadepan, tangisan dimana kita telah siap membuka pintu baru. Tuhan akan memberikan lukisan indah itu sebentar lagi, untuk aku, kamu dan mereka.
Setelah itu, dunia ku muncul kembali, pintu mana yang akan ku buka?? Pintu pilihan keluarga, atau pintu pilihan ku. Aku tahu jika pintu yang paling dekat dengan mata aku pilih, jalan menuju nya sangat lah lurus, dan mungkin hanya akan ada sedikit kerikil, tapi jika pintu yang menurut ku itu baik, aku tahu jalan didalam nya akan aku temui tanjakan, bahkan bebatuan cadas, tapi.....entahlah yang terpenting aku harus bangun sekarang, melanjutkan tumpukan script Tuhan yang tertunda :p