YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 29 April 2012

Eksistensi Raja Jalanan

Sempat ada yang menyebutkan sosok yang representatif sekaligus penuh paradoks sebagai pintu masuk untuk melihat, menerjemahkan, dan membahas perkembangan kota serta dunia kehidupan perkotaan di “dunia ketiga”, salah satu sosok tersebut adalah: (tukang) becak. Bicara mengenai becak, ide ini muncul saat saya sedang melintasi di sepanjang jalan A. Yani kota Surabaya, siapa yang tak kenal dengan daerah ini yang menjadi pusat hiruk pikuk dan padatnya kota terpadat nomor dua se Indonesia. Becak yang sering kali melintas dibawah jembatan layang setelah Royal Plaza Surabaya ini terkadang seringnya mendapat teguran yang tidak segan-segan oleh pihak aparat, dan bahkan tak heran juga dulu saya juga pernah sempat melihat secara langsung si tukang becak hampir tertabrak oleh lpengendara mobil Kijang warna biru dongker yang tengah akan menyeberang ke arah pasar wonokromo.

Kemudian dibenak saya berpikir, keeksisitensian becak kini yang sangat jarang bisa ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, memang tak bisa juga sepenuhnya disalahkan, karena selain seringnya becak itui sendiri yang dapat membahayakan pengguna jalan lainnya karena kesembronoan si tukang becaknya dan becak telah menjadi ‘spesies’ yang dianggap mengganggu bagi perkembangan pembangunan dan modernisasi kota-kota besar, terutama oleh otoritas kota dan negara. dan bahkan sebagian pihak telah menjudge becak telah diimajinasikan sebagai representasi ‘ketertinggalan’, kemiskinan, dan ‘kekasaran yang tidak beradab’ yang mengiringi gairah pembangunan kota-kota pascakolonial. Tapi ada saat gelombang yang sifatnya global ketika becak dibatasi, dilarang, diburu dan dibinasakan dari kehidupan kota-kota besar, tapi kini dalam konteks lokal becak tidak pernah bisa hilang dari ingatan dan kenyataan sehari-hari, bahkan semakin hidup dan menyebar. 

Padahal kita tahu, cikal bakal kendaraan yang ada di Indonesia yang tak lain ya becak ini, karena kendaraan ini telah ada saat masih dalam penjajahan kolonial. Menjadi satu-satunya kendaraan yang masih marak digunakan pada jaman itu seperti layaknya motor yang sebagian besar tiap rumah di Indonesia memiliki kendaran ini. Tak hayal kalau pada jamannya becak sering disebut si Raja Jalanan.
Tapi walaupun demikian, masih ada kota yang benar-benar masih melestarikan ke eksistensian si kendaraan tak bermesin ini, seperti salah satunya di kota Yogyakarta, perjalanan becak di kota Yogyakarta memiliki narasi yang menarik dan khusus. Jika becak diburu, dimusnahkan dan dilarang beroperasi seperti di Jakarta dan di Surabaya, Yogyakarta justru membiarkan saja dirinya disebut sebagai “kota becak”. Seolah tanpa memedulikan gelombang pemusnahan dan pelarangan becak di kota-kota besar lainnya, Yogyakarta justru dihidupi dan menghidupi becak-becaknya. 

 Becak khas yang ada di Yogyakarta

Kalaupun ada yang mengatakan "naik becak itu sama aja kita itu menganiaya si tuang becaknya loo.." loh kok bisa?? bukannya kita juga bayar.. iya secara logika kita kemana-mana diantar si tukang becak menggunakan tenaga dan keringat si tukang becak dan kita dengan enak-enaknya duduk tanpa memperdulikan bagaimana capek dan letihnya si tukang becak mengayuh becaknya. Tapi ini masih mending, di Indonesia becaknya itu mengayuh sepedah walau masih menggunakan tenaga manual dari tenaga manusianya sendiri, nah di Jepang, pada jamannya, dulu becak itu ditandu loo, alias ditarik dengan si tukang becak nya. Jadi becak tetep sama kayak di Indonesia pakai roda tiga, tapi yang membedakan ini ditarik, jadi si tukang becaknya narik sambil lari, nah loo.. apa nggak kasian banget??Tapi kalau sekarang entah lah, di Jepang masih ada becak seperti itu atau sudah tidak ada sama kayak di Jakarta, saya tidak tahu p[astinya juga. 

ini salah satu becak yang ada di Singapura


Yah yang penting, pemerintah tak begitu sepenuhnya melupakan sejarah transportasi jaman kolonial dulu saja, walaupun di Surabaya masih bisa ditemukan becak dikawasan depan RSI sebelah Khodijah, di depan stasiun Wonokromo, depan Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan masih banyak titik-titik yang dijadiin tempat mangkal becak, walau memang tak sebanyak dulu dan tak sebanyak di Yogyakarta, seenggaknya masih ada :)

source:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar