YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 29 Januari 2012

Indonesia Punya Jazz

Awalnya saya tak mengenal betul aliran-aliran music jazz. Well masyarakat awam mengenal music jazz hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berkelas, karena penikmat music jazz ini mengapresiasikan perasaan kedalam aliran music ini dengan ekspresi yang tak mudah dijelaskan. Karena itu aliran music jazz harus benar-benar dirasakan dalam hati dan dari situ makna dari music itu sendiri akan tertangkap. Awal perkembangan jazz berasal dari Negara Eropa, dan dengan seiring perkembangan jaman, music jazz telah merambah ke seluruh penjuru dunia, khususnya ke Indonesia. 

Music jazz di Indonesia pun telah mengalami metamorphosis yang cukup panjang, dan walaupun dewasa ini banyak sekali genre-genre music di Indonesia yang merambah ditelinga masyarakat, tapi jazz seakan tak akan lekang oleh waktu. Yah walaupun tetep nilai jual music jazz masih kalah saing dengan banyak nya genre music di Indonesia.  Tapi tetap Indonesia memiliki music jazz yang modern dan tentunya easy listening, dengan sedikit sentuhan dari tangan kreatif sang composer sehingga jazz gak akan jadul lagi. here they are Band yang membawa dan tetap eksis dengan aliran music yang dibilang gak “latah” dengan genre-genre music di Indonesia :


1. Maliq & D’Essentials
Awalnya Maliq & D’Essentials dibentuk dengan jumlah personil sebanyak 8 orang pada 15 Mei 2002, sudah mengenal band ini saat saya masih duduk di SMP, tapi mungkin band ini masih belum booming seperti band-band local lainnya, selain itu music jazz masih belum banyak penikmat nya. 


Awal Nama Maliq adalah kepanjangan dari music and live instrument quality yang di buat konsepnya oleh Angga dan Widi (producer, composer, arranger & song writer) dan Indra Sulisto yang pada saat itu menjadi executive producer sekaligus manager dari band Maliq & d'essentials saat itu. Sebenarnya awal karier mereka dimulai sebagai penyanyi cafĂ© dibeberapa hotel ternama di Jakarta, dan barulah masuk ke dalam dapur rekaman di tahun 2004, dan merilis album pertama dengan single nya berjudul  “Terdiam” di tahun 2005. Kemudian pasang surut personil yang sempat membuat perjalanan karir Maliq & D’Essential sedikigt terhambat, dan barulah di awal tahun 2007 mereka meluncurkan album kedunya “Free Your Mind” dengan single pertama yakni “Heaven” dan disusul dengan “Beri Cinta Waktu”. 


Again and again sang gitaris mengundurkan diri dan membentuk band lain, tapi tetap band ini mencoba tetap eksis dengan genre yang mereka bawakan dan tebukti  sekali di tahun 2009 mereka berhasil menetaskan album yang ketiga dengan judul “ Mata, Hati, Telinga” dengan single nya berjudul “Pilihanku”. Di dalam album ini agak sedikit dibuat berbeda, contemporer dan tidak meninggalkan unsur jazz itu sendiri yang dipadu padankan dengan classic pop. Dan inilah personil Maliq & D’Essential hingga sekarang menjadi Indah (vocal), Lale (gitar), Ifa (piano), Jawa (bass) serta Amar (terompet). 


2. Ecoutez
 Seperti halnya Maliq & D’Essentials, ecoutez mengalami silih bergantinya para personil. Band yang beraliran Pop jazz ini telah terbentuk sejak tahun 2005 yang ber anggotakan Delia (vokal), Ayi (gitar), Leo (bas), Iyas (keyboard), Jay (drum), yang resmi di Jakarta berhasil menyuguhkan kita sebagai penikmat music Indonesia dengan tempo ditiap music yang enak banget di dengar. Bener-bener perpaduan yang asyik antara music pop dan tak meninggalkan unsur jazz sedikitpun. Dengan debut pertama mereka yakni “Simpan Saja” kemudian disusul single yang kedua yakni “Percayalah”. 



Dari sinilah Ecoutez yang membuat saya jatuh hati sebagai newbie penikmat misic jazz kontemporer. Di tiap lyric lagu mereka bener-bener sangat ringan didengar tapi juga tidak sembarangan. Terbukti saat bulan Mei 2011 lalu sempat menggelar konser di Sutos Surabaya antusias baik dari remaja kelas atas maupun biasa saja (termasuk saya) bener-bener terhibur saat Delia mulai membawakan lagu pertama yakni lagu dari Katty Perry “California Gurls” dan kemudian disusul single-single mereka sendiri yang membuat kami para penonton tak khayal ikut bernyanyi dengan mereka. Yep! Baru pertama kalinya liat wajah ayu Delia langsung dengan jarak kurang dari 1 meter dan bernyanyi bersama nya saat ngebawain lagu “Percayalah” bener- bener ngebius seluruh penonton termasuk saya karena sempat bernyanyi bersama, hehe..

 saat Ecoutez Manggung Di Sutos Surabaya


 kesempatan nyanyi bareng ama Delia tapi burem gambarnya :(
yah namanya pke kemera HP 2 MP pula :(

Tapi sayangnya bulan oktober 2011 lalu Delia resmi mengundurkan diri dan Andrea Lee yang telah berhasil dipilih oleh ke empat personil lainnya yang akan menggantikan Delia dan akan segera merilis album yang kedua bersama Vokalis baru, Gud Luck dee :)

 Ecoutez bersama personil barunya, pengganti Delia hiks :( 
tapi semoga lebih bagus lg dee :)

3. Barry Likumahua
Awalnya saya bener-bener tak mengenal sosok pemuda darah kelahiran Ambon ini, gara- gara seorang temen yang saat itu sedang melihat konser Java Jazz yang ada di Jogja tepatnya barulah saya mecoba mencari tahu sosok dari Barry Likumahua ini. Pemuda kelahiran 14 Juni 1983 ini awalnya adalah bersolo karir dengan darah musisi yang telah mengalir di dalam dirinya. Ayahnya Benny Likumahua adalah musisi Jazz di era 80-90an. 



Seolah tak ingin mendompleng nama Besar sang Ayah, Barry akhirnya mencoba untuk otodidak menekuni music bergenre lain dari sang ayah. Pernah semasa SMP bersama teman-temannya membentuk sebuah band punk pop, atau sejenisnya. Yah namanya juga darah musisi jazz sudah melekat didalam dirinya, seperti apapun genre music yang dimainkan ujung-ujungnya kedengarannya seperti Jazz, nah baru di bangku kuliah itulah dia mendapatkan teman yang bisa mengenal music jazz sama seperti dirinya. Pria yang pernah menyabet Best Bassist Asian Beat Festival Jakarta 2003 ini bener-bener paham arti dari “belajar”. Disaat dirinya telah stuck dengan rumitnya memecahkan nada-nada ditiap musicnya dan akhirnya dia mencoba untuk berdiskusi dengan sang ayah. Yang didapat bukanlah suatu titik terang, justru banyak mengalami percekcokan, dan diputuskannya dia untuk belajar di Farabi Music Course. 


Akhirnya di tahun 2008 bersama teman-temannya terbentuklah Barry Likumahua Project atau yang biasa disingkat BLP yang sering mengikuti berbagai event Music Jazz di Jak Jazz (Jakarta Jazz Festival) maupun Java Jazz


4. Abdul and The Coffee Theory
Tak jauh berbeda dengan Barry, Abdul And the Coffee Theory sebenarnya juga solo karir yang mengangkat tema juga sama Pop Jazzy. Yep, tentunya Abdul and the Coffe Theory juga membawa warna berbeda buat music di Indonesia. Tengku Muhammad Abdullah Amin Anshari biasa disebut Abdul, pria berdarah kelahiran Medan ini menggabungkan unsur The Coffee theory ini karena melihat disekitar si Abdul ini masyarakatnya suka dengan ngopi, nongkrong dan sejenisnya berharap bisa menikmati music nya dengan antusias. Dengan album pertamanya “Lovable” yang single lagunya paling hits banget yakni “Beauty is You” and “Bodoh Untuk Setia” bener- bener sebuah konsep yang menarik buat pencinta music jazz. Apalagi di padu padankan dengan alunan music akustik nya so nyuumy,,,, Heheh



Di tahun 2010 kemarin bersama 3 rekannya pria alumnus fakultas hukum Universitas Trisakti ini mengeluarkan single nya berjudul “ Aku Suka Caramu”. Sebenaranya banyak single-single lainnya dan yang pasti penikmat music di Indonesia ga akan merasa kecewa saat mendengarkan petikan-petikan gitar dan alunan suara dari sang vocalis, Abdul.


Here they are, playlist lagu mereka yang wajib di download:
Beauty is You
Bodoh Untuk Setia
Joss
Agar Kau Mengerti
Tiada Batas Menunggu
Happy Ending
Mulailah dengan Cinta
Proses Melupakanmu
Aku Suka Caramu
Ku cinta Kau Lebih Dari Kemarin 

yah sebenernya masih banyak banget Indonesia punya music Jazz, begitu pula penyanyinya yang tak akan kalah hebatnya dengan negara-negara luar lainnya. seperti Dr. Tompi, Andien, Dewa Bujana, dan masih banyak lagi. dan berharap banget ke eksisan music Jazz di Indonesia terus berkembang dan bahkan akan membawa pengaruh yang baik buat Indonesia khusunya dimata Luar Negeri :)

Sources:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar