Perasaan apa malam ini. Tuhan Engkau maha membolak-balikkan hati ini. Tiba-tiba saja bahagia tiba-tiba saja tersedu sedan.
Dear my stranger. Aku tahu kamu akan membaca tulisan ini. Dan aku tahu akan ada orang lain lagi yang membaca tulisan ini dan mengartikan serta menerka-nerka dengan pikirannya sendiri. Tapi aku tak perdulikan (orang selain kita).
Maafkan aku yang tiba-tiba saja mengomel tanpa ada alasan yang jelas. Yang tak seharusnya aku melakukannya.
Maafkan aku yang mencoba melampiaskan kepenatanku dengan (menurutmu) cara yang salah dan mengakibatkan aku harus pulang (cukup) larut dan efeknya entah ini hanya firasatku saja, kamu "berbeda".
Maafkan aku yang lagi dan lagi masih menunggu kepulanganmu sehingga dengan nekatnya tengah malam menelfonmu hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja dan yang aku ketahui bahwa ternyata kamu sudah terlelap.
Dear my stranger. Aku masih saja belum mengerti siapa kamu. Aku masih saja melihat sosokmu adalah sosok yang asing. Tak sepenuhnya aku ketahui walau mungkin kau telah berusaha untuk mengenalkan arti hadirmu ke dalam dunia ku.
Tapi maafkan, aku masih saja melihat sosok gelapmu yang sengaja kau tutupi. Malam ini aku merasakannya. Entah hanya firasat atau sebaliknya.
"Perbedaanmu" malam ini membuat aku harus menelan sendiri dan menciptakan sendiri dalam naluriku.
Dear my stranger hingga malam ini aku belum bisa menebak arti kediaman mu. Terkadang aku sengaja membuat kesalahan di hadapanmu, tak lebih hanya agar aku bisa membaca fikiran mu. Bahwa, kamu memang memperdulikan aku atau sebaliknya. Karena hingga saat inipun aku belum pernah menemukan mu marah akan sikap ku yang (mungkin) tak sesuai dengan sewajarnya. Dan lagi, hingga saat ini aku hanya menemukan dua hal yang membuat kamu "berbeda" sikap kepadaku. Ketahuilah aku melakukan ini hanya karena ingin mendengarkan mu memberi nasihat untukku. Selayaknya sang kakak memberi nasehat kepada adiknya. Selayaknya seorang bapak yang melindungi keluarganya. Aku hanya ingin melihat dan mendengarnya walau sebaris kalimat. Karena selama ini yang ku ketahui kau hanya menjadi pendengar setiaku saat aku mulai berceloteh.
Ketahuilah aku ingin, aku yang mendengar semua keluh kesahmu, bahagiamu, mendengar semua keseharianmu yang melelahkan.
Tak hanya itu, selain aku suka wangian menthol yang berasal dari rambutmu, lesung pipit dari pipimu lah yang sampai saat ini tak dapat aku pungkiri bahwa itu terlalu menggemaskan bagi yang melihatnya. Maka dari itu hanya dengan kamu bercerita, saat itulah aku menemukan "cacat" terindah yang di berikan Tuhan untukmu, walau aku melihatnya dalam imajinasiku.
Namun malam ini aku tak dapat melihatnya. Kamu berbeda. Dan aku tak dapat membacanya.
Namun aku berharap esok akan baik-baik saja. Maaf sudah mengganggumu malam ini.
Have nice sleep you in distance