YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 29 Januari 2014

Still My Stranger

Perasaan apa malam ini. Tuhan Engkau maha membolak-balikkan hati ini. Tiba-tiba saja bahagia tiba-tiba saja tersedu sedan.

Dear my stranger. Aku tahu kamu akan membaca tulisan ini. Dan aku tahu akan ada orang lain lagi yang membaca tulisan ini dan mengartikan serta menerka-nerka dengan pikirannya sendiri. Tapi aku tak perdulikan (orang selain kita).
Maafkan aku yang tiba-tiba saja mengomel tanpa ada alasan yang jelas. Yang tak seharusnya aku melakukannya.
Maafkan aku yang mencoba melampiaskan kepenatanku dengan (menurutmu) cara yang salah dan mengakibatkan aku harus pulang (cukup) larut dan efeknya entah ini hanya firasatku saja, kamu "berbeda".
Maafkan aku yang lagi dan lagi masih menunggu kepulanganmu sehingga dengan nekatnya tengah malam menelfonmu hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja dan yang aku ketahui bahwa ternyata kamu sudah terlelap.

Dear my stranger. Aku masih saja belum mengerti siapa kamu. Aku masih saja melihat sosokmu adalah sosok yang asing. Tak sepenuhnya aku ketahui walau mungkin kau telah berusaha untuk mengenalkan arti hadirmu ke dalam dunia ku.
Tapi maafkan, aku masih saja melihat sosok gelapmu yang sengaja kau tutupi. Malam ini aku merasakannya. Entah hanya firasat atau sebaliknya.
"Perbedaanmu" malam ini membuat aku harus menelan sendiri dan  menciptakan sendiri dalam naluriku.

Dear my stranger hingga malam ini aku belum bisa menebak arti kediaman mu. Terkadang aku sengaja membuat kesalahan di hadapanmu, tak lebih hanya agar aku bisa membaca fikiran mu. Bahwa, kamu memang memperdulikan aku atau sebaliknya. Karena hingga saat inipun aku belum pernah menemukan mu marah akan sikap ku yang (mungkin) tak sesuai dengan sewajarnya. Dan lagi, hingga saat ini aku hanya menemukan dua hal yang membuat kamu "berbeda" sikap kepadaku. Ketahuilah aku melakukan ini hanya karena ingin mendengarkan mu memberi nasihat untukku. Selayaknya sang kakak memberi nasehat kepada adiknya. Selayaknya seorang bapak yang melindungi keluarganya. Aku hanya ingin melihat dan mendengarnya walau sebaris kalimat. Karena selama ini yang ku ketahui kau hanya menjadi pendengar setiaku saat aku mulai berceloteh.
Ketahuilah aku ingin, aku yang mendengar semua keluh kesahmu, bahagiamu, mendengar semua keseharianmu yang melelahkan.

Tak hanya itu, selain aku suka wangian menthol yang berasal dari rambutmu, lesung pipit dari pipimu lah yang sampai saat ini tak dapat aku pungkiri bahwa itu terlalu menggemaskan bagi yang melihatnya. Maka dari itu hanya dengan kamu bercerita, saat itulah aku menemukan "cacat" terindah yang di berikan Tuhan untukmu, walau aku melihatnya dalam imajinasiku.

Namun malam ini aku tak dapat melihatnya. Kamu berbeda. Dan aku tak dapat membacanya.
Namun aku berharap esok akan baik-baik saja. Maaf sudah mengganggumu malam ini.

Have nice sleep you in distance

Favorite <3

Ku melintas pada satu masa
Ketika ku menemukan cinta
Saat itu, kehadiranmu
Memberi arti bagi hidupku
Meskipun bila saat ini
Kita sudah tak bersama lagi
Ada satu yang kurindu
Kehangatan cinta dalam pelukanmu
Biarkan aku melukiskan bayangmu
Karena semua mungkin akan sirna

Bagai rembulan sebelum fajar tiba
Kau selalu ada walau tersimpan
Direlung hati terdalam.

Dan melewatkanmu di lembaran hariku
Selalu terhenti di batas senyumanmu
Walau berakhir cinta kita berdua
Hati ini tak ingin dan selalu berdusta

Ketahuilah melupakanmu takkan mudah bagiku
Selalu ku coba namun aku tak mampu
Membuang semua kisah yang telah  berlalu
Di sudut relung hatiku yang membisu ku merindukanmu

Harusnya ku telah melewatkanmu
Menghapuskanmu dari dalam benakku
Namun ternyata sulit bagiku
Merelakanmu pergi dari hatiku
Selalu ingin dekat tubuhmu
Namun aku tak bisa karena kau telah bahagia

Note: edited from Adera's songs lyric

Minggu, 26 Januari 2014

Ku Namai malam ini Nama mu

Jujur. Judul tersebut bener - bener gak ada hubungannya sama sekali sama content di sini nantinya. Berharap banget bukan kamu yang baca. Karena gak ada hubungannya sama sekali antara keduanya. Tapi mencoba untuk menyambungkan. Iya kamu yang sekarang entah sedang perjalanan kemana. Kamu yang hoby banget memakai kemeja batik. Dan kamu satu-satunya makhluk di dunia ini yang mampu menghancurkan prinsip ku.

Oke. Saat ini benar-benar kalut antara pikiran-hati-bibir. Semuanya sedang berperang.
Sedangkan fisik ku. Hanya dengan indahnya membeku. Mengikuti alur siapa yang akan memenangkannya.

Kacau. Beberapa hari lalu aku harus memainkan sebuah "drama" FTV! Dengan seolah tanpa penulis skenario. Dengan seolah tanpa sutradara. Dan Aku seakan ingin mencemooh semua yang ada disekitar. Mencaci apa saja yang ada di dekatku.

Menyalahkan keadaan?? Seolah aku tak punya Tuhan saja.
Walau hati ingin menghardik. Walau hati ingin menebas habis apa saja yang ada di depan mata.
Tapi sungguh aku lelah untuk berfikir. Bahkan sampai malam inipun aku masih saja terpekur menatap nanar semua kejadian beberapa waktu lalu.

Lalu kamu? Dengan mendewa seolah akan melenyapkan semua pias yang ada di wajahku. Menyeka habis seluruh peluh ku. Seolah kamu yang satu-satunya di dunia ini yang paling mengkhawatirkan aku. Iya kamu. Seseorang yang juga ingin ku tebas habis dalam ingatan ku.
Kesalahan terbesarku membiarkan kamu masuk kembali saat kamu ketuk lagi pintu hati yang akan ku kunci rapat-rapat. Seakan kamu mengetahui aku sedang membutuhkan sandaran.
Iya aku akui aku butuh setidaknya telapak tangan yang kuat untuk menarik tangan ku untuk kembali bangkit. Aku memang membutuhkannya untuk memapahku berjalan normal. Tapi kenapa harus kamu.

Kamu satu-satunya orang yang ingin kutikam dalam ingatanku. Kamu satu-satunya orang yang telah menhambatku dalam brfikir. Lalu sekarang aku bisa apa? Heran. Apa tak pernah kau dengar parau nya aku yang menjerit kejer hanya ingin kau pergi dari ingatanku. Apa kau tak pernah tau aku yang dengan mati-matian membabat habis ego yang hanya ingin sekedar mengangkat telfon mu, membalas chat mu walau hanya sapaan pagi?? Apa kau tak tahu dengan mati-matian aku menahan hati agar tak mengulaskan senyum saat namamulah yang muncul dalam chat boxku?

Ketahuilah aku merindukan kenaifan mu. Menginginkan aku tapi kau tak mengusahakan memilikiku. Aku sebab dari tangisanmu tapi kau tak pernah bisa menjadikan aku satu-satunya wanita yang akan menyeka airmata itu dan menggantikan ulasan senyum yang selalu ku rindukan.
Aku benci harus merindukan mu. Aku benci harus dan masih menunggumu pulang. Aku benci harus menunggu (lagi) telfon mu malam ini.

Note: post malam ini hanya sekedar iseng. Karena bingung harus nyampah dimana. Di twitter ga mungkin bisa-bisa di unfoll berjamaah, di tumblr juga bisa - bisa terbaca jelas sama kamu. Halah mbuh wes.

Sabtu, 25 Januari 2014

An actres

Really, I never thought before. Am like an actress in my own life. It is not me, it is not easy. But I have to do.
God is my director. I don't want to do these.
Can I stop these God :(

Minggu, 19 Januari 2014

Perbedaan

Sampai usia ku dua puluh tahun lebih, terkadang aku masih belum mengerti mengapa harus ada yang berbeda. Karena kalau Tuhan menciptakan hambanya dengan porsi yang sama lalu untuk apa tercipta perbedaan??

Aku menemukan orang-orang yang berwarna kulit sama dengan ku, memiliki bentuk hidung sama, lalu kenapa dia menyebut nama Tuhan berbeda dengan ku?? Padahal sebelum makan aku juga memejamkan mata, tapi tunggu dulu ada yang berbeda. Bukan dari apa yang kita makan tapi cara kita berdoa. Aku menengadahkan tangan dan dia mengepalkan tangannya. Aku memegang tasbih dan dia menggunakan....entahlah itu apa namanya menyerupai kalung yang berliontin salib. Aku terbangun di tengah malam hanya untuk menengadahkan tangan dan dia setiap minggu pagi mengepalkan tangan untuk berdoa.

Lalu setelah itu aku menemukan orang yang memiliki warna kulit yang berbeda dengan ku, tapi memiliki bentuk mata dan alis yang sama, memanggil Tuhan juga sama dengan Tuhan ku. Lalu ada yang mengganjal dengan pemahaman ku. Saat aku berdoa, melantunkan doa saat duduk diantara dua sujud ada yang berbeda. Aku mencoba untuk beranikan diri menanyakannya mengapa tak seperti bacaan yang aku baca. Aku pikir aku keliru. Aku pikir kita sama. Kemudian kamu tersenyum. Menanyaiku balik aku mempercayai islam apa?? Aku tak mengerti. Karena yang aku tahu kedua orang tua ku mengenalkan aku dengan agama yang mulia itu. Tanpa mengenal islam apa macam yang kau tanyakan.
Yah dengan gamblangnya kamu menjelaskan adanya macam islam.
Aku masih saja terpenuhi dengan banyak sekali pertanyaan. Aku masih saja seakan berontak.
Haruskah ada banyak sekali perbedaan jika kita menyebut nama Tuhan dengan nama yang sama. Cara berdoa yang sama??
Lalu kemana lagi aku mencari seseorang yang sama dengan ku??

Minggu, 12 Januari 2014

A stranger man

I still called you as a stranger.
Dunno why, but as my opinion you came into my live without permission, you gave a little thing in surprise, you success made my world become mess.

But very lots of thank you, you made my day better, woke me up in the earlier morning, shared about you, your family, your past memories and share anything. You made my day brighter than past, you always draw smile on my lips. But you have to know that everything is meaningful :)

You know that, there is a big question on my mind, I don't think before that you start to write. How I can't imagine!  :D

But as I wish you can write more. your writing is good enough (hehe.. me like your teacher) but this is the truth! You wrote clear enough. Those are pure from your heart.
You know that my purpose to begged you. Ah no no, not beg to you but I want give you an advice that write is exciting activity. You can share anything without think on people's mind.  'Cause after you finish your writing, I guarantee that your feeling is better.

And As I wish.. maybe not now, but next I wish you can write in English. Hehe. So, you can improve your languange. As your past question to me.

Don't care about people say. Do the best. Write more and more.

You have to know that I will be your fans of your writing.
Although I'll see you in distance, although I'll still pray for you in distance :)
You are still my stranger man, with your secret feeling for me :)

Jumat, 10 Januari 2014

Embun pagiku

10 Januari 2013 pukul 15.44 aku menyebutnya itu nightmare?? 
Rasanya terlalu kejam. 
Ya tepat setahun yang lalu. Sosok asing yang telah ku kenal selama lebih dari 7 tahun. Mama.
Bukan. Memang bukan dari rahimnya aku terlahir di dunia ini, tapi sosoknya telah mengisi hari-hari ku selayaknya aku memiliki dua ibu sekaligus. 
Bahagia?? Tak usah ditanyakan lagi. Bahkan katapun tak sanggup aku utarakan untuk mendiskripsikan bagaimana aku menyayanginya.

Hari ini tepat setahun kepergianmu..
Bolehkah aku sekali saja.. sekali lagi menangis.. setelah itu lantunan alfatikhah akan terurai untukmu. Boleh?? 

Sejujurnya bukan hanya hari ini aku masih menangisimu. Terkadang kenangan itu tanpa permisi masuk menyeruak memenuhi otak ku. Aku tak kuasa. Maafkan aku. Sungguh.

Aku menulis untuk mu hari ini hanya ingin mama tahu, aku benar-benar merindukan mu.

Untuk mama Yun di surga, terimakasih telah menjadi ibu yang hebat. Tetap mencurahkan senyum terindahmu walau dalam hati kau mati-matian melawan semua bengisnya kerinduanmu saat papa berpulang mendahuluimu. 
Terimakasih kau telah menyayangiku seperti kau menyayangi putrimu sendiri.
Terimakasih kau mengizinkan aku masuk ditengah-tengah keluarga besarmu. 
Terimakasih kau mengizinkan aku memelukmu, menyeka airmatamu, ikut merasakan apa yang menjadi beban pikiranmu.
Dan terakhir terimakasih kau telah menghadirkan sosok ke dunia ini yang telah mendewasakanku, mengisi hari-hari indahku. Yang sekarang telah menjadi entah itu kakak, saudara atau apalah itu. 
Untuk mama Yun di surga. Kamu tetap seperti embun pagiku. Menyejukkan setiap orang yang melihat senyummu. Tak perduli sang mentari akan melenyenyapkannya, tapi tetes airnya masih dinantikan di setiap pagi. Masih menimbulkan candu kerinduan.
Tetap menjadi yang terbaik. Doa ku insyaallah akan aku pintal dari sudut gelap kamarku. :)



Minggu, 05 Januari 2014

Lagi??

Malam ini. Ada rasa yang ingin aku sampaikan. Entah kamu akan membaca tulisan ini atau tidak. Yang pasti otak ku ingin menyampaikan.
Heran. Pasti. Aku akui mungkin berkas lembaran kisah kita masih bersamayam rapi di beberapa bilik hati ini.
Terkadang masih membuat ku tersenyum sendiri awal pertemuan kita di stasiun malam itu. Tapi aku tak akan membahas lagi tentang cerita pertemuan kita. Sudah banyak bait dan judul untuk menggambarkan betapa bahagianya saat itu. Tak perduli menahan pipis selama 8 jam.
Kini kamu yang sempat terkubur dalam - dalam, menguar kembali kepermukaan.
Melakukan chating yang membuat ku memerahkan pipi (menurutku)
Dulu saat kita bersama. Aku orang yang tak pernah bisa membiarkan kamu sakit. Entah hanya kecapaian atau bahkan sekedar mengeluh. Aku. Orang pertama yang mati-matian mengkhawatirkan kamu.
Namun kini seolah waktu berbalik.
Aku hanya mengatakan "aku sedang batuk ringan" saat kamu tiba-tiba muncul di chatboxku dan menanyakan aku yang tak kunjung memejamkan mata.
Ya kamu masih mengingat betul bahwa aku tak bisa terjaga hingga larut kecuali satu alasan. Karena adanya novel ditangan ku. Sungguh pipi ini bersemu akan kamu yang masih mengingat kebiasaan-kebiasaan sepeleku.
Aku tertegun. Sungguh mimpikah aku yang melihat chat box ku kamu mengomel. Kamu berubah menjadi menyebalkan yang mengkhawatirkan akan kesehatanku. Kebiasaan yang tak pernah kamu lakukan saat kita masih bersama.
Dulu kamu teramat acuhkan ku. Namun sekarang?? Apa Kau ketuk lagi hati ini??
Intinya, dear kamu yang masih menjadi vampire hari - hariku.  Aku masih menunggu Tuhan yang akan mempertemukan kita (lagi) dengan cara magisnya seperti hujan malam ini yang tak kunjung reda. Seperti kata mu dalam chat kita beberapa malam lalu.

Dear vampire ku terimakasih untuk chat sederhana mu yang sukses membuat pipi ini bersemu kembali.

Dear vampire ku, sore ini aku menirukan kamu. Melupakan diri dan berhambur menyatukan diri bersama hujan seperti kebiasaanmu. Aku hujan-hujan sore ini. Aku telah melupakan kesehatan ku sejenak. Dan lihatlah aku baik-baik saja.

Terimakasih sudah mau (masih) mengkhawatirkan kesehatanku. Aku baik - baik saja.

*ucapkan mantra kita sebelum menutup hari ini*
Good night you in distance :)

Sabtu, 04 Januari 2014

Seperti Pelangi

"Andai di hatimu hanya aku cintamu.. melukiskan inginku walau kini ku mengerti kau bukan untuk ku..
Harusya ku tak pernah mencinta mu
Walaupun semuanya indah
Kau yang tak mungkin ku miliki
Seperti pelangi ku hanya bisa menatapmu " - dygta

Senyap hujan diluar sana. Sayup aku mendengar lyric itu dan Menguar  seluruh kenangan kejadian beberapa hari yang lalu.

Menyalahkan keadaan?? Rasanya ini tak adil. Kita yang memulai harusnya kita pula yang harus mengakhiri. Walau hati benar-benar tak ingin ini berakhir.
Aku harus mengiyakan pabila kau pernah mengatakan cinta ini sangatlah sederhana. Kita sendirilah yang membuat rumit.
Kamu. Penyebab ego dan hati ini harus berperang setiap hari.
Dan aku?? Wasit dari perang dingin ini. Aku harus memilih ego dan menghancurkan hati saat nama kamu mulai bergelayut di otak ku. Seakan ku tak perduli menggigilnya hati ini saat aku mulai mendiamkan mu. Ini menyesakkan. Sungguh.
Perih tertindih oleh rindu.
Jangan pernah tuk salahkan aku. Aku hanya tak ingin hati ini terluka lebih dalam.
Aku pikir ini salahku telah membiarkan hati ini jatuh kebahagiaan yang kau ukir dalam kesendirianku. Dan sekarang, aku harus mengangkat dia, menampar dengan tega bahwa sudah saat nya melangkah sendiri (lagi).

Awalnya??
Aku pikir  kamu akan mendampingi hati yang kian lama telah membeku, aku pikir kamu yang akan mencerahkan hati yang telah terbungkus luka. Membalut bekas jahitan luka yang telah lama terbujur.

Namun jika aku tahu kau akan memberikan sayatan baru,sedari dulu tak kau biarkan kamu menapakki masuk.
Ini salahku
Kau seakan membisu. Seakan kau tak pernah hiraukan aku yang menantimu. Kau yang tak pernah mengusahakan aku.
Ya aku bodoh.
Membiarkan kau masuk saat kau (masih) bersamanya.
Kau tak pernah melihat ada aku yang  mengulurkan doa. Membunuh kerinduan dengan bengisnya. Menikam kecemburuan saat kau bersamanya.
Aku baik-baik saja. Ya. Selama aku bisa menantimu Aku masih baik-baik saja.
Lalu kini. Hati telah membuncah. Benteng pertahanan ku telah terguncang oleh ego yang kian menjulang.
Maafkan aku.
Walau kini hanya bisa menatapmu lewat berbagai social media mu aku harap kamu masih baik - baik saja. Itu sudah cukup.
Walau kamu seperti pelangi dan aku bisa menatap keindahanmu itu dari jauh, semuanya lebih dari cukup.
Maafkan aku. Aku harus nikmati kesakitan ini sendiri.
Maafkan aku yang lebih memilih ego dan menikam hati.
Aku masih menyayangimu walau kini kau hanya seperti pelangi.