Jujur. Judul tersebut bener - bener gak ada hubungannya sama sekali sama content di sini nantinya. Berharap banget bukan kamu yang baca. Karena gak ada hubungannya sama sekali antara keduanya. Tapi mencoba untuk menyambungkan. Iya kamu yang sekarang entah sedang perjalanan kemana. Kamu yang hoby banget memakai kemeja batik. Dan kamu satu-satunya makhluk di dunia ini yang mampu menghancurkan prinsip ku.
Oke. Saat ini benar-benar kalut antara pikiran-hati-bibir. Semuanya sedang berperang.
Sedangkan fisik ku. Hanya dengan indahnya membeku. Mengikuti alur siapa yang akan memenangkannya.
Kacau. Beberapa hari lalu aku harus memainkan sebuah "drama" FTV! Dengan seolah tanpa penulis skenario. Dengan seolah tanpa sutradara. Dan Aku seakan ingin mencemooh semua yang ada disekitar. Mencaci apa saja yang ada di dekatku.
Menyalahkan keadaan?? Seolah aku tak punya Tuhan saja.
Walau hati ingin menghardik. Walau hati ingin menebas habis apa saja yang ada di depan mata.
Tapi sungguh aku lelah untuk berfikir. Bahkan sampai malam inipun aku masih saja terpekur menatap nanar semua kejadian beberapa waktu lalu.
Lalu kamu? Dengan mendewa seolah akan melenyapkan semua pias yang ada di wajahku. Menyeka habis seluruh peluh ku. Seolah kamu yang satu-satunya di dunia ini yang paling mengkhawatirkan aku. Iya kamu. Seseorang yang juga ingin ku tebas habis dalam ingatan ku.
Kesalahan terbesarku membiarkan kamu masuk kembali saat kamu ketuk lagi pintu hati yang akan ku kunci rapat-rapat. Seakan kamu mengetahui aku sedang membutuhkan sandaran.
Iya aku akui aku butuh setidaknya telapak tangan yang kuat untuk menarik tangan ku untuk kembali bangkit. Aku memang membutuhkannya untuk memapahku berjalan normal. Tapi kenapa harus kamu.
Kamu satu-satunya orang yang ingin kutikam dalam ingatanku. Kamu satu-satunya orang yang telah menhambatku dalam brfikir. Lalu sekarang aku bisa apa? Heran. Apa tak pernah kau dengar parau nya aku yang menjerit kejer hanya ingin kau pergi dari ingatanku. Apa kau tak pernah tau aku yang dengan mati-matian membabat habis ego yang hanya ingin sekedar mengangkat telfon mu, membalas chat mu walau hanya sapaan pagi?? Apa kau tak tahu dengan mati-matian aku menahan hati agar tak mengulaskan senyum saat namamulah yang muncul dalam chat boxku?
Ketahuilah aku merindukan kenaifan mu. Menginginkan aku tapi kau tak mengusahakan memilikiku. Aku sebab dari tangisanmu tapi kau tak pernah bisa menjadikan aku satu-satunya wanita yang akan menyeka airmata itu dan menggantikan ulasan senyum yang selalu ku rindukan.
Aku benci harus merindukan mu. Aku benci harus dan masih menunggumu pulang. Aku benci harus menunggu (lagi) telfon mu malam ini.
Note: post malam ini hanya sekedar iseng. Karena bingung harus nyampah dimana. Di twitter ga mungkin bisa-bisa di unfoll berjamaah, di tumblr juga bisa - bisa terbaca jelas sama kamu. Halah mbuh wes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar