YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 19 Februari 2014

Dear Pembohong Terhebatku

Hingga hampir pukul setengah tiga pagipun aku masih saja belum bisa memejamkan mata ini. Iya. Kamu (salah satu) alasan utamaku untuk terjaganya mataku hingga detik ini.
Dear pembohong terhebatku. Maafkan aku harus menyematkan nama ini untukmu. Aku lelah yang terus menerus membisu saat kau mulai berbicara tak sesuai rencanamu. Dulu sekali aku selalu menertawakan tiap lyric lagu Rihanna "I love the way you lie" aku pikir hanya cewek-cewek bodoh yang akan berperan di dalamnya yang secara sadar masih mencintai lelakinya yang notabene pembohong. Dan sekarang aku menyadarinya, itu aku.
Aku yang selalu mengiyakan saat kata apa saja yang keluar dari bibirmu, walau aku ketahui itu bukan yang akan terjadi dan kau lakukan. Aku terus saja membisu saat tabir sedikit demi sedikit mulai terkuak. Tapi hanya kau tahu. Aku membisu bukan untuk membiarkan kau terus membohongiku, hanya saja aku lelah untuk mendebatkan hal yang jelas-jelas tak dapat aku jelaskan. Bukan hanya karena jarak ini, tapi hati mulai lelah mendengarkan naifnya kamu, hati mulai lelah saat kau mulai memainkan kata. Dan aku yakin suatu hari nanti kau yang akan terbelit dengan  lidahmu sendiri.
Teruslah dustai kita dan aku akan terus menuliskan kebenaran tentang kita

Dear pembohong terhebatku. Kamu adalah satu-satunya makhluk yang mampu merobohkan prinsipku. Dalam sejarah aku bernafas, aku adalah salah satu orang yang memiliki ego yang menjulang saat harus berbicara prinsip. Dan itu alasan mengapa aku harus membencimu. Saat aku telah mendeklamasikan "tidak" dan kau selalu berhasil merevisinya menjadi "iya"

Dear pembohong terhebatku. Kemarin kau mulai terjatuh sakit. Bukan aku yang tak perdulikanmu. Sekali lagi hati ini mulai lelah saat dimana aku yang selalu mengkhawatirkan kamu dan kamu selalu menampikkan semuanya sembari kau berucap kamu baik-baik saja. Dan kini. Waktu yang berucap. Sebaik-baiknya kamu lambat laun semua tidak sebaik yang kau kira. Aku masih saja mengkhawatirkanmu. Walau kini bukan lagi bawelnya aku di ujung telfonmu. Kekhawatiranku hanya berujung akan sesaknya aku menuliskan doa di dalam hati berharap kau baik-baik saja di sana. Maafkan aku yang kini mulai membisu. Biarlah hanya aku yang mengetahui dalam diam bahwa aku teramat ingin tahu bagaimana perkembangan kesehatanmu. Biarkan Tuhan yang kirimkan isyarat bahwa kau nantinya akan baik-baik saja seperti kata-katamu.

Selamat istirahat.

Note: teruntuk kamu yang memaksaku untuk menunggu kemudian memaksaku (lagi) untuk merelakan tanpa diizinkan untuk merasakan rindu. Aku akan tetap menunggu walau kini langkahmu mulai menjahuiku. Terimakasih pernah ada untukku walau ku ketahui hatiku bukanlah untuk kau tunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar