Bukan pada mereka ku di sini bercerita. Bukan padamupun aku menaruhkan harapan atas kesudahan perasaan ini.
Sedari pagi sampai sore ini hujan tak jemunya menggerus bumi tempat aku menuliskan tulisan pada malam ini. Maka dari itu mungkin hanya pada hujan ceritaku akan didengarnya dan akan tersampaikan pada Tuhan.
Lagi. Berulang kali aku mencoba untuk mendiamkanmu. Mencoba membunuh semua kenangan yang pernah kita lukis bersama.
Aku tau gambaran semuanya terlalu indah. Tapi akan lebih indah apabila lukisan itu kita simpan saja. Sehingga dewasa nanti akan menjadi cerita terindah untuk anak cucu kita masing-masing bahwa aku pernah mengenal sosok terindah yang dititipkan Tuhan untuk ku.
Iya. Begitulah kamu. Terus menerus menorehkan luka. Dan aku di sini tertatih untuk menuliskannya.
Maafkan aku yang malam ini membisu. Membiarkan kamu mencari -cari dalam imajinasimu sendiri.
Hujan sore ini membawaku kembali ke dalam ingatan beberapa hari lalu. Kau masih saja tak membicarakan kita. Kau masih saja membisu. Kau membatu yang mempertahan kan dia yang telah mendekam di hatimu. Terlalu naif memang. Menginginkanku tapi kau tetap saja tak sudahinya. Memintamu dia pergi tapi kau tetap menggandengnya.
Bodoh.
Terlebih lagi kau masih saja dengan fasihnya menyebut namanya di depan telingaku.
Muak. Ingin aku hempaskan kau saat itu juga. Ku tebas habis otak dan lidahmu agar tak ada lagi hati yang terluka.
Namun aku sadar. Arti hadir ku memang hanya untuk pengobat disaat kau merindukannya.
Arti hadirku hanya ingin mengisi kosongnya hatimu saat kau berjauhan dengannya.
Hujan sore ini sudah berhenti. Itu tandanya aku harus sudahi. Anggap saja kemarin adalah waktu dimana kita menyelesaikan semua yang belum selesai.
Selamat melanjutkan hidup mu kembali :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar